Beranda | Artikel
Bab Diangkatnya Ilmu dan Jelasnya Kebodohan - Kajian Shahih Bukhari
Jumat, 7 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah

Bab Diangkatnya Ilmu dan Jelasnya Kebodohan  بَابُ رَفْعِ العِلْمِ وَظُهُورِ الجَهْلِ  ini merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. dalam pembahasan Kitabul ‘Ilmi dari kitab Shahih Bukhari. Kajian ini disampaikan pada 24 Dzul Hijjah 1439 H / 05 September 2017 M.

Status Program Kajian Kitab Shahih Bukhari

Status program kajian Kitab Shahih Bukhari: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa pekan ke-1 dan ke-3, pukul 10:00 - 11:30 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Bab Keluar Untuk Menuntut Ilmu – Kajian Shahih Bukhari

Ceramah Agama Islam Tentang Bab Diangkatnya Ilmu dan Jelasnya Kebodohan – Kajian Shahih Bukhari

Ilmu didalam syariat Islam adalah ilmu tentang agama. Ilmu yang mengajarkan kita jalan menuju surga Allah subhanahu wa ta’ala. Yang mengajarkan kita apa yang diridhoi Allah dan apa yang tidak Ia ridhoi, apa yang boleh, apa yang tidak boleh, mana jalan ke surga dan mana jalan ke neraka. Inilah dia ilmu yang diajarkan oleh Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia. Dan sudah pernah kita bahas pada kesempatan kita dimajelis ini bahwa maksud ilmu adalah ilmu Diin, ilmu syariat.

Bab diangkatnya ilmu, maksudnya adalah manusia sudah menjauhi ilmu. Sehingga ilmu syariat, ilmu agama, ilmu tentang halal dan haram, ilmu tentang mana yang diridhoi Allah, mana yang tidak diridhoi Allah, banyak tidak diketahui oleh manusia. Akibatnya adalah ظُهُورِ الجَهْلِ. Yang tampak adalah lawan dari pada berilmu. Yaitu tidak berilmu. Kebodohan tentang ilmu syariat. Tidak mengerti tentang agama Allah, tidak mengerti tentang hukum apakah ini halal atau haram, ini boleh atau tidak.

Sebelum Imam Bukhari membawakan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membawakan perkataan seorang ulama tabi’in. Berkata Rabi’ah:

لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ العِلْمِ أَنْ يُضَيِّعَ نَفْسَهُ

Tidak pantas bagi siapapun yang di sisi-nya sesuatu daripada ilmu yang dia memiliki ilmu tidak pantas baginya untuk menyia-nyiakan dirinya.

Kemudian dia membawakan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau membawa dua hadits Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Pertama, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Imam Bukhari mengatakan:

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ ، عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتَ الجَهْلُ ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا

Telah menceritakan kepada kami ‘Imran bin Maisarah berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Abu At Tayyah dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan dan diminumnya khamer serta praktek perzinahan secara terang-terangan’

Hadits yang kedua, dari riwayat yang lain masih dari Anas bin Malik radhiallahu ta’ala ‘anhu. Berkata Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى ، عَنْ شُعْبَةَ ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لاَ يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يَقِلَّ العِلْمُ ، وَيَظْهَرَ الجَهْلُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا ، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَاحِدُ

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu’bah dari Qotadah dari Anas bin Malik berkata: ‘Aku akan akan menyampaikan kepada kalian hadits yang tidak akan lagi menyampaikan hadits ini kepada kalian seseorang setelahku. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan perzinahan secara terang-terangan jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan hanya diurus oleh satu orang laki-laki.`”

Nabi kita tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa diantara ciri-ciri hari kiamat memiliki ciri-ciri. Dan hampir semua umat Islam mengetahui bahwa ciri-ciri hari kiamat terbagi dua. Mereka mengenalnya dengan ciri-ciri kiamat kecil dan ciri-ciri kiamat besar. Apa yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits ini adalah bagian dari pada yang pertama. Yaitu ciri-ciri kiamat kecil. Adapun ciri-ciri besar adalah turunnya Dajjal, Nabi Isa, Ya’jud wa Ma’jud, terbitnya matahari dari arah barat, Imam Mahdi.

Adapun ciri-ciri kecil untuk hari kiamat sangatlah banyak. Dan ciri-ciri pertamanya adalah telah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia. Jadi ciri-ciri kecil untuk hari kiamat sudah berubah dari zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diutusnya Nabi Muhammad merupakan ciri-ciri kecil untuk terjadinya hari kiamat. Karena Rasul yang paling terakhir diutus Allah. Berarti setelah ini tidak ada lagi pengutusan Rasul. Yang ada adalah kehancuran untuk dunia beserta seluruh isinya.

Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar didalam syarahnya terhadap Shahih Al-Bukhari mengatakan ciri-ciri hari kiamat, ada yang ciri-cirinya biasa, ada yang ciri-ciri yang luar. Beliau membaginya menjadi biasa dan luar biasa. Mungkin bagian yang beliau maksud adalah pembagian yang mashur ditengah kita dengan ciri-ciri kecil hari kiamat dan ciri-ciri besar. Karena ciri-ciri besar semuanya adalah perkara-perkara besar.

Ciri-ciri hari kiamat tidaklah semuanya maksiat. Kalau dia dijadikan sebagai ciri-ciri hari kiamat bukan berarti dia sesuatu yang bersifat maksiat. Maksiat atau tidaknya bergantung dengan hukum syar’i terhadap masalah tersebut. Ini perlu diketahui. Karena terkadang manusia menjadikan sesuatu yang sudah dinyatakan oleh Nabi sebagai ciri-ciri hari kiamat, seluruhnya dianggap maksiat. Padahal tidak semuanya maksiat. Ada yang maksiat seperti minum khamar, semakin banyak orang berzina, hilangnya amanah, ini maksiat.

Namun ada juga ciri-ciri hari kiamat yang sifatnya tidak maksiat. Seperti yang tadi kita katakan. Ciri pertama dari hari kiamat adalah datangnya Nabi Muhammad dan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyaknya jumlah perempuan dibanding jumlah laki-laki, ini  bukan maksiat.

Kata Nabi kita tercinta, “Diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan.” Sekali lagi ini yang dimaksud bukanlah ilmu duniawi. Karena ilmu duniawi semakin lama semakin berkembang sebagaimana yang kita ketahui sekarang. Maka poin ilmu didalam nash-nash syariat adalah ilmu diin, ilmu agama.

Diangkatnya ilmu dan menyebarnya al-Jahl (tidak berilmu tentang ilmu agama). Ini adalah ciri-ciri hari kiamat yang sekarang sudah nampak jelas. Dimana manusia secara umum, kaum muslimin secara khusus sudah jauh daripada ilmu, sudah tidak menyukai untuk menuntut ilmu. Mereka zuhud dalam ilmu. Padahal seharusnya kita memiliki sifat tamak terhadap ilmu. Jangan dibalik! Justru dengan ilmu kita zuhud kemudian dalam dunia dan perhiasannya kita tamak.

Diangkatnya ilmu, manusia mulai menjauhi ilmu. Dan juga Allah mangkat ini dengan mewakafkan para ahli ilmu, para ulama. Sehingga ilmu yang memiliki banyak yang tidak diwarisi oleh murid-muridnya, oleh manusia menurusnya. Perlahan tapi pasti Allah wafatkan para ahli ilmu itu sehingga mereka membawa pergi ilmu yang mereka ketahui, ilmu yang mereka mumpuni didalamnya yang tidak dikuasai oleh generasi setelahnya.

Dan ini dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain. Dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala tidak mencabut ilmu sekali cabut sehingga ilmu itu hilang dari permukaan bumi. Tapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak lagi menyisahkan seorang berilmu, manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin agama mereka orang-orang yang tidak berilmu agama. Tapi kemudian dijadikan pemimpin-pemimpin dalam ilmu agama. Mereka ditanya tentang ilmu agama, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”

Dalam hadits ini keterangan bagaimana Allah mengangkat ilmu. Allah angkat sedikit demi sedikit dengan mewafatkan para ahli. Hilangnya ilmu dipermukaan bumi tidak sekaligus. Ketika manusia sudah jauh dari pada ilmu dan para ahli ilmu telah dicabut nyawa oleh Allah tabaraka wa ta’ala. Otomatis yang akan berkembang adalah lawan dari pada ilmu. Lawan dari pada ilmu adalah tidak berilmu. Tidak berilmu dalam bahasa Arab berarti الجَهْلُ (kebodohan). Maka ketika para ulama diwafatkan dan orang-orang yang menimba ilmu agama semakin jauh, semakin jumlahnya menipis, otomatis yang berkembang adalah lawang dari pada ilmu itu. Ketidak mengertian dan ketidakfahaman manusia tentang ilmu agama.

Mari kita tatap dunia sekarang dengan tatapan universal. Yang kata orang bumi sekarang dihuni lebih dari pada lima miliar manusia. Dari lima miliar ini, kata mereka hanya satu setengah miliar yang muslim. Berarti tiga setengah miliar lebih ini tidak ada yang tahu ilmu diin. Karena mereka kuffar. Diantara mereka ahlul kitab, Yahudi, Nasrani, di antara mereka penyembah berhala, penyembah matahari, penyembah sapi, penyembah batu dan yang lainnya. Manakala kita lihat yang satu setengah miliar penduduk bumi yang muslim, kita pun mengerti bagaimana keadaannya sekarang. Keadaan umat Islam diseluruh dunia. Pun ditengah mereka menyebar kebodohan tentang  ilmu agama. Nampak dari praktek harian mereka yang tidak mengamalkan ilmu syariat. Mereka yang setiap hari berbohong, bodoh terhadap ilmu agama, tidak mengerti ilmu agama. Tidak mengerti tentang dosa berdusta. Mereka yang tidak menutup aurat, mereka yang setiap hari mendengarkan nyanyian-nyanyian, suara-suara syaitan, mereka yang setiap hari khianat, mereka yang setiap hari bersumpah palsu, mereka yang setiap hari tidak shalat dan yang lainnya. Ini semuanya menunjukkan apa yang dikatakan oleh Nabi kita tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam, kebodohan nampak merajalela di mana-mana.

Masih Mungkin ada muslim dipermukaan bumi ini, di Indonesia ini, di Kota Pekanbaru ini yang tidak pernah membaca hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga ada diantara mereka yang bertanya kepada kita Ustadz, “apakah hadits itu mirip peribahasa?”

Berarti dia tak pernah tahu seperti apa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak pernah membaca satupun dari hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Simak pada menit ke – 28:56

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Bab Diangkatnya Ilmu dan Jelasnya Kebodohan – Kajian Shahih Bukhari


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45394-bab-diangkatnya-ilmu-dan-jelasnya-kebodohan-kajian-shahih-bukhari/